Pages

Senin, 20 Agustus 2018

Strategi Perguruan Tinggi Dalam Menyongsong Revolusi Industri 4.0

Dunia saat ini tengah menghadapi gelombang pasang sistem globalisasi, proses integrasi internasional merubah total pandangan dunia, lajunya proses inovasi yang didominasi oleh perangkat digital tak terelakkan, seiring dengan itu terjadi pergeseran industri yang terkoneksi secara digital di berbagai negara bahkan di Indonesia, proses pergeseran industri ini dikenal dengan istilah Revolusi Industri.

Revolusi industri 4.0 dimuqaddimahi pemanfaatan internet of things pada tahun 90-an oleh jerman, dalam prosesnya revolusi industri generasi keempat ini diwarnai oleh lima teknologi kunci yaitu advance robotic, internet of things, artificial intelegence, technology wearables dan 3D printing. Secara garis besar sistem ini merupakan sinergi antara dunia nyata dan dunia maya (merging of real and virtual world). Perubahan tersebut merupakan konsekuensi peradaban yang dinamis, pada gilirannya berdampak terhadap ekonomi, sosial budaya dan politik.

Dalam rangka beradaptasi dengan kondisi itu maka diperlukan tanggapan tepat, gelombang revolusi industri selain diyakini membawa harapan baru bagi perekonomian, karena melalui konektivitas, otomatiasasi dan digitalisasi mampu meningkatkan efisiensi rantai manufaktur serta kualitas produk. Namun demikian, di sisi lain juga merupakan ancaman dan disruptive technology yang akan membuat perubahan besar pada wajah perindustrian, secara bertahap lajunya inovasi artificial intelligence yang dapat belajar menyerupai manusia (learning machine) akan menyaingi fungsi-fungsi tenaga kerja manusia, pada saatnya ratusan juta tenaga kerja tergantikan dengan mesin dan robot, selain itu juga akan mematikan bisnis tradisional.

Merespon hal tersebut pemerintah Indonesia melalui Kemenprin merancang sebuah roadmap dalam menyongsong sistem industri 4.0 yang disebut dengan “Making Indonesia 4.0”. Berdasarkan peta jalan, langkah strategis yang dipersiapkan bersifat aplikatif dan antisipatif, serta memiliki design thinking untuk menjamin keberlangsungan industri manufaktur yang berdaya saing global, yaitu berkomitmen mendorong industri manaufaktur bergerak menuju industri 4.0 yang ditandai pemanfaatan internet of things dan digitalisasi. Implementasi Industri 4.0 tersebut bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan

Dalam mengawali langkah peta jalan making Indonesia 4.0 pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program sinkronisasi Link And Match Perguruan Tinggi dengan dunia industri, sebagaimana disampaikan SEKDA Prov Kalteng, Fahrizal Fitri, S.Hut., MP dalam sambutannya pada Seminar Nasional Peran Perguruan Tinggi Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di IAIN Palangka Raya 20 Agustus 2018. Perguruan Tinggi di Indonesia harus menghayati dan menyiapkan respon tepat dalam hal kulitas lulusan, parameter penilaian dan lulusan harus berdasarkan outcome-based approach agar lulusan tidak mengalami miss-match dengan dunia industri.

Harapan besar Indonesia mewujudkan Making Indonesia 4.0 bukan sekedar tantangan untuk menghadirkan sebuah solusi. Untuk memastikan bahwa gagasan dan rancangan inovasi itu dapat terlaksana dan sukses terimplementasi, Indonesia membutuhkan lompatan proses yang jauh, mengingat 85% aset produksi saat ini belum terkoneksi (sumber Kemenprin), pemanfaatan internet of things dalam rantai industri belum terimplementasi secara masal, dengan kata lain, 85% perindustrian di Indonesia saat ini masih bergerak di 2.0, lain halnya seandainya data menunjukkan arah sebaliknya, yaitu 85% sudah bergerak di 3.0, tentu akan lebih mudah untuk menyundul ke 4.0.

Demi menciptakan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tecermin dalam revolusi industri keempat harus dibarengi dengan revolusi pemikiran. Terkait dengan ini, pada kesempatan yang sama Dr. Hj. Marissa Haque Fawzie, M.Hum., MBA., MH., M.Si mewasiatkan nasehat akademik untuk para akademisi milenial agar menanamkan elemen GRIT (kegigihan/ keuletan) sebagai pilar kunci sukses menyongsong persaingan global di era Industri 4.0. Kekhawatiran tidak mampu mengimbangi lajunya inovasi teknologi tidak perlu dengan lompatan ataupun sprint, “menghadapi tantangan jauh ke depan kita hanya perlu marathon, untuk memenangkan marathon kita butuh perencanaan yang matang, usaha yang kuat dan kegigihan serta istiqomah menghadapi ketidaknyamanan”. Ditengah beragam problem dan tantangan elemen GRIT diperlukan bangsa ini untuk dapat terus bergerak maju melakukan continual improvement, mempelajari hal-hal baru demi mempersiapkan SDM yang upgradable dengan kompetensi dan keterampilan yang baik. .

Tantangan ke depan bagi Perguruan Tinggi di era revolusi industri 4.0 adalah bagaimana mengemas konsep pendidikan agar sinkron dengan perkembangan zaman dan teknologi tanpa mengesampingkan penanaman nilai-nilai karakter, sikap mental sosial serta sikap keagamaan yang terpuji, semua itu dibingkai melalui penataan budaya akademik, strategi operasional dan rancangan tindakan (action design), dalam hal ini semua stakeholder diajak memahami proses transisi dari cara konvensional ke cara yang lebih up-to-date.

* In My Humble Opinion (IMHO)

Selasa, 14 Agustus 2018

Perguruan Tinggi: Menggenggam Masa Depan Ekonomi Islam








Tantangan perjalanan Ekonomi Islam di Indonesia dalam tiga dasawarsa belakangan terpampang jelas. Di usia yang masih belia, Ekonomi Islam dihadapkan dengan berbagai tantangan dan rintangan, ketahanannya diuji pada berbagai level baik di kancah nasional maupun international, sejatinya tantangan diperlukan guna menuntut lahirnya strategi untuk menjawab tantangan tersebut. 

Sebagai negara mayoritas berpenduduk Muslim, Ekonomi Islam disinyalir dapat menjadi lokomotif perekonomian di Indonesia. pada poin ini seharusnya Indonesia berpotensi mengembangkan sektor industri keuangan ekonomi syariah. Meski demikan, menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro dalam High Level Discussion (Diskusi Tingkat Tinggi) bertajuk “Indonesia: Pusat Ekonomi Islam Dunia” yang diselenggarakan 25 Juli 2018 di Jakarta, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia khususnya dalam bidang Islamic finance masih jalan di tempat, hal itu ditunjukkan sulitnya aset perbankan syariah melewati 5% dari total aset perbankan, jauh tertinggal oleh negara tentangganya yaitu Malaysia dengan aset perbankan syariah yang mencapai titik 20%.

Hal tersebut menjadi pertanyaan sekaligus PR besar bagi banyak pihak terkait untuk memberikan sentuhan, mulai dari regulator, akademisi, praktisi hingga lapisan masyarakat. Mengacu pada permasalahan dan tantatangan tersebut, jika dilihat masa depan Ekonomi Islam dari kacamata akademisi, maka perguruan tinggi berperan penting sebagai tonggak awal kebangkitan perekonomian syariah di Indonesia.

Belum optimalnya potensi industri keuangan syariah di Indonesia sebagaimana disinyalir antara lain disebabkan masih kentalnya aroma supply gap SDM Ekonomi Syariah baik secara kuantitas maupun kualitas. Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah yang pesat membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif di tingkat nasional dan global, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

Untuk mencapai tujuan pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia, maka, perlu adanya kebijakan pengembangan sumber daya manusia. Adalah perguruan tinggi yang merupakan tonggak bagi pencipta lulusan dengan kompetensi lengkap melalui proses pendidikan dan pelatihan yang komprehensif dan terencana diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia, baik dalam penyediaan SDM maupun dalam pengembangan ilmu perbankan syariah. 

Melihat perkembangan belakangan terakhir sepak terjang pendidikan Ekonomi Islam yang diakomodir beberapa Program studi, diantaranya Prodi Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah dan Keuangan Syariah menjadi primadona di beberapa PTKIN, dengan kata lain secara kuantitas Perguruan Tinggi berusaha merespon kebutuhan SDM ES. Kenyataan di lapangan supply gap SDM ES masih dirasakan, sehingga mendorong lahirnya SDM dengan kompetensi dan background ekonomi konvensional yang diberikan pelatihan instan mengenai sisi syariah. Karena tidak sepenuhnya tertanam paradigma, visi dan misi, dan spirit syariah, selanjutnya perkembangan produk industri keuangan syariah terhambat karena memang memerlukan komptensi khusus, terlebih lagi arah perkembangannya mengikuti arus konvensional.

Tanpa SDM yang berkompeten tantangan kompleksitas produk keuangan syariah dan tuntutan masyarakat yang semakin luas akan sulit dijawab oleh industri keuangan syariah. Pada gilirannya, kelangkaan ini berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi syariah ke depan.

Menjawab permasalahan itu, pernyataan Hendar pada seminar yang bertajuk “BI dan IDB Tingkatkan Kualitas SDM Ekonomi Syariah” masih sangat relevan, mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia tersebut berpendapat bahwa pengembangan SDM Syariah melalui 3 rumusan strategi: “Pertama adalah Sinkronisasi Link and Match Perguruan Tinggi Dengan Dunia Industri'. Pengajaran ekonomi syariah harus dapat menyediakan materi pengajaran yang relevan dengan tantangan terkini, agar siap bersaing dan dapat memenuhi kebutuhan pasar. Kedua, program pengembangan berbasis teknologi, Di era teknologi digital saat ini lulusan ekonomi syariah perlu menguasai pengetahuan di bidang teknologi di level tertentu, mengingat industri keuangan saat ini menggunakan teknologi secara massif. Ketiga adalah menetapkan platform yang kokoh untuk kerja sama antar institusi pendidikan baik secara global maupun domestik. Dengan dukungan teknologi, kerja sama antara pihak yang berbeda dapat dilakukan dengan lebih mudah".

Mutu SDM ES merupakan tantangan riil perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia yang perlu dicarikan solusinya dan dalam hal ini perguruan tinggi adalah lembaga yang paling berkompeten dalam menyediakan SDM yang dibutuhkan oleh industri keuangan syariah. Banjirnya peminat di Fakultas Ekonomi Islam membawa angin segar bagi kemajuan pendidikan Ekonomi Islam, seiring dengan itu diharapkan pula dengan peningkatan kualitas keilmuan dan kompetensi yang lebih tinggi (high syariah quality).


* In My Humble Opinion (IMHO)

Kamis, 09 Agustus 2018

Ushul Fiqh

Pengantar Ushul Fiqh Ekonomi

Tampilan slide pada blog bisa saja berbeda dengan tamplian aslinya, disarankan untuk mendownload langsung pada link di bawah ini







Alqur'an dan Hadits Sebagai Sumber Hukum Ekonomi Islam






Ijma' dan Implementasinya Dalam Ekonomi Islam